perkembangan tingkah laku sosial anak
PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU SOSIAL ANAK
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Sarah Widiastuti
Siti Halimah
Siti Fatimah
Syarah Alawiah
Syarif Hidayatullah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
Jln. Lio Balandongan 74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang Kota Sukabumi
(43111)
2015-2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan
yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik
secara fisik ataupun noon fisik. Perkembangan berarti serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat
dari proses kematangan dan pengalaman. Kesepakatan para ahli mennyatakan bahwa
:
Yang dimaksud
dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah
yang lebih maju dan dewasa , namun mereka berbeda-beda pendapat tentang
bagaimana proses perubahan ituterjadi daalam bentuknya yang hakiki. ( Ani
Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22 )
Beberapa teori
perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan
berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah jenjang.
Kehidupan anak dalam menyusuri perkembangan nya itu pada dasarnya merupakan
kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Pada proses integrasi dan
interaksi ini faktoe intelektual dan emosional mengambil peranan penting.
Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak sebagai
insan yang aktif melakukan proses sosialisasi.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian perkembangan sosial anak ?
2.
Bagaimana
bentuk-bentuk tingkah laku sosial pada anak ?
3.
Faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ?
4.
Bagaimana
pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Menjelaskan
tentang pengertian perkembangan sosial anak
2.
Menjelaskan
tentang bentuk-bentuk tingkah laku sosial pada anak
3.
Menjelaskan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak
4.
Menjelaskan
tentang pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Perkembangan Sosial Anak
Perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadp norma-norma
kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan, saling
berkomunikasi dan bekerja sama.
Anak dilahirkan
belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memmiliki kemampuan untuk bergaul
dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang
cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak
melalui berbagai ksempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-oran
dilingkungannya, baik orang tua, saudara, teman sebaya maupun orang dewasa
lainnya. ( Yusuf, 2000 : 122 )
Pada proses
berikutnya perkembangan sosial anak
sangat dipengaruhi oleh perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam
mengenalkan berbagai spek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan
bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan
norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua
ini lazim disebut sosialisasi.
Sueann Robinson
Ambron ( 1981 ) mengartikan proses sosialisasi itu sebagai proses belajar yang
membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi
anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.
Sosialisasi
dari orang tua ini sangatlah penting bagi anak, karena dia masih terlalu muda
dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri ke arah
kematangan.
Melalui
pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang
dewasa lainnya maupun teman bermainnya, anak mulai mengembangkan
tingkah-tingkah laku sosial anak.
B.
Bentuk-bentuk
Tingkah Laku Sosial Pada Anak
Sebagai
konsekuensi dari fase perkembangan, anak memiliki karakteristik khusus dalam
berperilaku yang direalisasikan dlm bentuk tindakan-tindakan tertentu. Syamsu
Yusuf ( 2000: 126 ) mengidentifikasikan sebagai berikut :
a.
Pembangkangan
( negativisme ), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku terjadi
sebagai reaksi terhadap penerapan displin atau tuntuan orang tua atau
llingkugannya yang muncul pada usia kira-ira 18 bulan. Dan mencapai puncaknya
pada usia tiga tahun. Berkembangnya tingkah laku negativisme pada usian ini
dipandang sebagai hal yang wajar. Setelah usia empat tahun biasanya tingkah
laku ini mulai menurun. Antara usia empat dan enam tahun, sikap membangkang
atau melawan secara fisik beralih menjadi sikap melawan secara verbal (
menggunakan kata-kata ). Sikap orang tua terhadap tingkah laku melawan pada
usia iniseyogyanya tidak memandangnya sebagai pertanda bahwa anak itu nakal,
keras kepala, tolol atau sebutan lain yang negatif. Dalam hal ini orangtua
sebaiknya memahami tentang proses perkembangan anak, yaitu bahwa secara
naluriah ank itu memiliki dorongan untuk berkembang dari dependent (
ketergantungan ) ke posisi independent ( hidup mandiri ). Tingkah laku melwan
merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut.
b.
Agresi
( agression ), yaitu perilaku menyerang balik, baik secara fisik maupun verbal
( kata-kata ). Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustasi
( kecewa karena tidak terpenuhinya kebutuhan ) yang dialaminya. Agresi ini
mewujud dalam perilaku menyerang, seperti : memukul, mencubit, menendang,
menggigit, marah-marah dan mencaci maki. Orang tua yang menghukum anak yang
agresif, menyebabkan meningkatnya agresivitas anak. Oleh karena itu sebaiknya
orangtua berusaha meredusi, mengurangi agresivits dengan cara mengalihkan
perhatian/keingina anak, memberikan mainan atau sesuatu yang diinginkannya
sepanjang tidak membahyakan keselamatannya atau upaya lainyang bisa meredam
agresivitas tersebut.
c.
Berselisih
( quarelling ), terjadi apabila anak merasa tersinggung atau merasa terganggu
oleh sikap dan perilaku anak lain, seperti diganggu pada saat mengerjakan
sesuatu atau direbut barang mainannya.
d.
Menggoda
( teasing ), yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda
merupan serangan mental terhadap orang lain bentuk verbal ( kata-kata berupa
cemoohan atau ejekan ), sehingga menimbulkan efek marah-marah pada orang yang
diserangnya.
e.
Persaingan
( rivalry ), yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh
orang lain. Sikap persaingan mulai terlihat pada usian empat tahun, yaitu
persingan untuk prestise, dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini mulai
membaik.
f.
Kerja
sama ( cooperation ), yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Anak yang
dau atau tiga tahun belum berkembang sikap bekeja samanya, mereka masih kuat
sikap “ self-centered-“nya . mulai usian tiga tahun akhir atau empat tahun,
anak sudah menampakkan sikap kerja samanya dengan anak yang lain, pada usia
enam atau tujuh tahun, sikap kerja sama ini sudah berkembang dengan ebih baik
lagi. Pada usia ini anak mau bekerja kelompok dengan teman-temannya.
g.
Tingkah
laku berkuasa ( ascendant behavior ) yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai
situasi sosial, mendominasi atau bersikap “bussines”. Wujud dari tingkah laku
ini seperti meminta menyuruh dan mengancam atau memaksa orang lain untuk
memenuhi kebutuhan dirinya.
h.
Mementingkan
diri sendiri ( selfishness ), sikap egosentris dalam memenuhi kebutuhan atau
interestnya . anak selalu ingin memenuhi keinginannya, dan apabila ia ditolak,
maka dia protes dengan menangis, menjerit atau marah-marah.
i.
Simpati
( sympaty ), yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh
perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengan orang
lain. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sikap
selfish nya dan dia mulai mengembangkan sikap sosialnya, dalam hal ini simpati
terhadap orang lain.
C.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak
Perkembangan
sosial dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :
a.
Keluarga
Keluarga
merupakan lingungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan llingkugan yang kondusif bagi sosialisasi anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain,
banyak ditentukan oleh keluarga.
b.
Kematangan
Untuk
dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis
sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat
orang lain, memerllukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu
kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan
c.
Status
sosial ekonomi
Kehidupan
sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya.
d.
Pendidikan
Pendidikan
merupakan proses sosialisasi anak yang erarah . hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial
anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
e.
Kapasitas
mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan
berpikir dapat mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memcahkan
masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi berpengaruh sekali terhadap
perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek yang tinggi akan
berkemampuan bahasa yang baik. Oleh perkembangan ketiganya seimbang maka akan
sangat menentukan keberhasilanperkembangan sosial anak.
D.
Pengaruh
Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku Anak
Dalam
perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian
diri dan kritik hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya
tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang mennyembunyikannya
atau merahasiakannya. pikiran anak serig dipengaruhi oleh ide-ide dari
teori-teori yang menyebabkan terhadap sikp krirtis terhadap situasi dan orang
lain, termasuk kepada kedua orang tuanya kemampuan abstraksi anak sering
menimbulkan kemampuan mempersalahkan dan peristiwa-eristiwa dengan bagaiman
yang semestiya menurut alam pikirannya. Disamping itu, pengaruh egosentris
sering terlihat, diantaranya berupa :
1.
Cita-cita
dan idealisme yang baik, terlalu menitikberatkan pikiran sendiri, tanpa
memikirkan akibat yang lebih jauh dan tanpa mempertimbangkan kesulitan praktis
yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2.
Kemampuan
berpikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam
penilaiannya. Melalui banyak pengamatan dan pengalaman penghanyatan kenyataan
serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurangdan
diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat
bergaul dengan baik.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadp norma-norma
kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan, saling
berkomunikasi dan bekerja sama.
Bentuk-bentuk
tingkah laku sosial, yaitu : pembangkangan, agresi, berselilsih, menggoda,
persaingan, kerja sama, berkuasa, mementingakan diri sendiri, simpati.
Faktor-faltor
yang mempengaruhi perkembangan sosial anak : keluarga, kematangan, pendidikan,
kondisi ekonomi sosial keluarga, kapasitas mental ; intelegensi dan emosi.
Perkembangan
sosial sangat mempengaruhi kepribadian anak, anak yang mempunyai daya
intelegensi yang tinggi. Perkembangan sosial yang baik pada umumnya memiliki
kepribadian yang baik.
B.
Saran
Diharapkan
setelan menngkaji makalah ini, pembaca khususnya mahasiswa mampu memahami
perkembangan tingkah laku sosial anak
Ini makalah yang tentang perkembangan tingkah laku sosial anak mana dalusnya
BalasHapus